02 Maret 2009

UPAYA PELESTARIAN KESENIAN DAERAH KHUSUSNYA REOG PONOROGO DALAM RANGKA IKUT SERTA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA YANG ADI LUHUNG




Dalam era reformasi saat ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, kesenian Reog Ponorogo di negara Indonesia masih tetap terbina dan berkembang khususnya di Jawa Timur.

Pendahuluan
Dalam rangka memperkuat ketahanan Nasional serta mempertebal semangat Kebangsaan Nasional, maka eksistensi kesenian asli daerah khususnya Reog Ponorogo, pertumbuhan dan perkembangan kegiatan kemasyarakatan dipandang perlu menyesuaikan aktivitas dan kreatifitasnya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi demi kelestariannya di masa yang akan datang.


Seni budaya daerah merupakan bagian dan puncak dari kebudayaan Nasional, oleh karenanya eksistensi kebudayaan Nasional sangat ditentukan oleh keberadaan dan keaneka ragaman budaya daerah yang tumbuh subur dan tersebar seantero Bumi Persada Nusantara.
Kesenian Reog Ponorogo sebagai khasanah budaya Bangsa Indonesia yang menjadi kebanggan Nasional bahkan Internasional merupakan sarana media efektif, komunikatif dan menyajikan tontonan yang memberikan tuntunan kepada masyarakat dalam memupuk dan menumbuh suburkan kecintaan terhadap kebudayaan Nasional.

Sejalan dengan perkembangan jaman, kesenian daerah yang beraneka ragam khususnya kesenian
Reog Ponorogo tetap terpelihara dan tetap terjaga kelestariannya, hal ini tidak bisa lepas dari para seniman dan seniwati dalam mencintai dan ngleluri kesenian khas Indonesia. Seperti kita ketahui, dewasa ini telah banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia yang berdampak pada lunturnya kebudayaan khas Indonesia khususnya kesenian daerah yang beraneka ragam. Indonesia kaya akan kebudayaan daerah dari Sabang sampai Merauke, sehingga menarik minat Wisatawan Manca Negara untuk mempelajari dan mendalami kesenian khas Indonesia. Alangkah malunya kita sebagai bangsa Indonesia, kelak mempelajari kesenian khas Indonesia di Manca Negara. Dengan adanya hal tersebut di atas diharapkan para generasi muda ikut serta mencintai kebudayaan asli Indonesia yang menjadi Kekayaan Nasional, dengan tujuan agar kebudayaan daerah tetap lestari.





SEJARAH REOG PONOROGO

Secara Historis


Kesenian Reog Ponorogo sebagai kesenian tradisional, penuh dengan nilai-nilai historis dan legendaris yang tumbuh dan berkembang sejak dahulu hingga sekarang, bukan saja menjadi kebanggaan Daerah melainkan menjadi kebanggaan Nasional.

Secara tidak langsung kesenian Reog Ponorogo menjadi aset Nasional dan menambah perbendaharaan budaya Nasional yang beraneka ragam. Penyajian dan penampilan kesenian Reog Ponorogo dengan figur yang penuh bathiniah secara serasi, seimbang dan tetap hidup di kalangan masyarakat Ponorogo.




Dewasa ini kesenian reog Ponorogo sudah berkembang di berbagai daerah di seluruh Indonesia khususnya di Wilayah Jawa Timur, bahkan merambah ke Luar Negeri. 
Asal usul Reog Ponorogo yang semula disebut Barongan sebagai satire (sindiran) dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhree Kertabumi). Terwujudnya Barongan merupakan sindiran bagi Raja yang sedang berkuasa yang belum melaksanakan tugas-tugas kerajaan secara tertib, adil dan memadai sebab kekuasaan Raja dikuasai / dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh Permaisurinya. Budaya rikuh pakewuh sangat kuat di benak masyarakat untuk mengingatkan Atasannya. Oleh karena itu metode satire (sindiran) merupakan salah satu cara untuk mengingatkan Atasannya secara halus. Pola pendekatan dengan bahasa seni adalah media efektif dan efisien yang hasilnya akan berdampak positif penuh pengertian yang mendalam.


Ki ageng Kutu Suryongalam menyadari bahwa sebagai bawahan tidak dapat berbuat banyak, maka alternatif lain yang ditempuh terpaksa memperkuat dirinya dengan pasukan perang yang terlatih berikut para Waroknya dengan berbagai ilmu kanuragan.
Berawal dari cerita inilah asal usul Reog Ponorogo dalam wujud seperangkat Merak dan Jatilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja Majapahit yang dalam menjalankan roda pemerintahan dipengaruhi oleh Pemaisurinya. Raja dikiaskan sebagai harimau yang ditunggangi oleh merak sebagai lambang Pemaisurinya.


Pada masa kekuasaan Batoro Katong (Bupati Pertama Ponorogo) oleh Ki Ageng Mirah (pendamping setia Batoro Katong) dipandang perlu tetap melestarikan Barongan tersebut sebagai alat pemersatu dan pengumpul masa yang efektif, sekaligus sebagai media informasi dan komunikasi langsung dengan masyarakat. Dengan daya cipta dan rekayasa yang tepat Ki Ageng Mirah membuat cerita legendaris, yaitu terciptanya Kerajaan Bantarangin dengan Rajanya Klana Sewandana yang sedang kasmaran (Klana Wuyung). Hasil daya cipta Ki Ageng Mirah ini berkembang di masyarakat Ponorogo bahkan diyakini bahwa cerita itu benar-benar terjadi. Hal ini ditandai dengan tidak adanya / tidak ditemukannya situs Kerajaan Bantarangin di kota Ponorogo. 




Melalui media seni Reog Ponorogo, Batoro Katong berhasil mengamankan Wilayah Kerajaan Majapahit khususnya Kadipaten Ponorogo, juga berhasil pula menyiarkan Agama Islam secara damai di Wilayah Kadipaten Ponorogo. Seni Reog Ponorogo disamping merupakan kesenian tradisional juga terkandung makna tentang penyebaran Agama Islam, hal ini ditandai pada Dhadhak Merak ditambah satu tetenger (Jawa) dengan seuntai Merjan di ujung paruh burung merak yang melambangkan arti sebuah tasbih. Perkembangan Reog yang semakin digemari oleh masyarakat bagian Wilayah Majapahit khususnya di Ponorogo tumbuh dan berkembang dimana-mana lengkap dengan Waroknya.



SEJARAH BERDIRINYA
GROUP REOG PONOROGO
"SINGO MANGKUJOYO" SURABAYA


Pada Tahun 1940 berdiri suatu kesenian kuda lumping / jaranan dengan nama
Suko Budi Joyo di bawah Pimpinan Bapak Wagiyo (Alm). Tim kesenian Kuda Lumping / jaranan ini mengembara / ngamen dari satu kota ke kota lainnya di Pulau Jawa, berawal dari kesenian kuda lumping inilah maka pada Tahun 1968 berdirilah suatu kesenian Reog dengan nama Suko Budi Joyo di bawah Pimpinan Bapak Wagiyo (Alm) dan diteruskan oleh Putranya yang bernama Bapak Padi Joyo (Alm). Pada Tahun 1970 nama Suko Budi Joyo diganti menjadi Beringin Sakti, Tahun 1990 nama Beringin Sakti diganti menjadi Singo Mangkujoyo sampai dengan sekarang (Tahun 2009). Sesudah Bapak Padi Joyo meninggal dunia, maka Pimpinan Reog Singo Mangkujoyo diserahkan kepada Hendy Eko Aryanto ( Penulis ).




Walaupun kami ( Penulis ) saat ini tidak berdinas di Bekangdam V/Brawijaya, kegiatan pementasan Reog Singo Mangkujoyo tetap berjalan dengan lancar. Segala kegiatan operasional Reog Singomangkujoyo
dibantu oleh Bapak Sugianto sampai dengan sekarang. Segala kegiatan tetap koordinasi dengan kami selaku Pimpinan Reog Singomangkujoyo sehingga kegiatan berjalan dengan lancar sesuai jadwal yang telah direncanakan.




Group Reog Singo Mangkujoyo berdomisili di Jl. Gubeng Kertajaya Gg. V No. 8 Surabaya Kontak Person : Bpk. Sugianto HP. 08155206876 / 031-5048791.
Para pemain atau personil dari Group Reog Singo Mangkujoyo terdiri dari masyarakat umum dan yang unik para pemain sebagian besar (90%) masih saudara / family.

Adapun profesi sehari-hari anggota Reog Singo Mangkujoyo (98%) berprofesi Wiraswasta, dimana pendapatan perhari cukup pas-pasan (cuma cukup untuk makan). Profesi (pekerjaan) sehari-hari anggota Reog Singo Mangkujoyo antara lain : Satpam, tukang becak, kuli angkut semen, kuli bangunan, tukang parkir, sopir, satpam, tukang tambal ban, tukang sampah dll.


Tetapi terdorong dengan jiwa seni yang dimiliki atau yang mengalir di jiwa, mereka tetap mengembangkan kesenian yang telah ada / dirintis sejak lama oleh para sesepuh Singo Mangkujoyo. Bakat seni yang mengalir dan melekat pada diri mereka adalah merupakan bakat seni alami yang turun temurun dari generasi ke generasi, tanpa adanya pengetahuan Pendidikan yang memadai khususnya dalam bidang kesenian yang mereka geluti sampai saat ini.




Disamping kesenian Reog Ponorogo, Group Reog Singo Mangkujoyo mencoba mengembangkan dan meneruskan kesenian Kuda Lumping / Jaranan yang telah dirintis oleh Bapak Wagiyo (Alm) dan dikombinasikan dengan seni Akrobatik serta Lawak. Adapun ide-ide lawakan timbul secara spontan dan tanpa adanya rekayasa sehingga kesenian yang dipentaskan terlihat alami. Ide lawakan timbul pada waktu pementasan dan disesuaikan dengan lingkungan dimana mereka pentas.



Perlu Penulis sampaikan bahwa kesenian Reog Ponorogo dan Kuda Lumping ini sarat dengan unsur magis / supranatural, dimana kesenian ini penuh dengan atraksi ilmu kanuragan serta mengandung resiko yang sangat membahayakan. Misalnya : Dhadhak Merak (Reog) naik diatas Dhadhak Merak yang lain (Double dua), makan pecahan kaca, makan silet, makan api, makan ular cobra hidup-hidup, minum bisa cobra, tusuk leher / pipi, digilas mobil / sepeda motor, tubuh digantung menggunakan media kekuatan rambut kepala, tidur di atas paku, mengendarai sepeda motor / mobil dengan mata tertutup (telepati), menarik mobil dengan kekuatan rambut kepala dan masih banyak lagi atraksi-atraksi lainnya yang membahayakan serta penuh resiko.




Sebelum melaksanakan suatu pementasan Reog Singo Mangkujoyo diawali dengan suatu ritual tertentu yang bertujuan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu memberikan berkah rahmad, hidayah, keselamatan kepada personil Reog Singo Mangkujoyo. 



 

Reog Singo Mangkujoyo sarat dengan Prestasi baik Prestasi tingkat Nasional maupun Internasional, hal ini tidak terlepas dari kerja sama yang cukup solid antara penggelut seni dengan Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya dan Paguyuban Reog Surabaya serta salah satu Instansi Militer (Bekangdam V/Brawijaya), hal ini ditandai pada Dhadhak Merak / Barongan (Krakap-Jawa) terpampang Logo "Dharma Gati Ksatria Jaya".





Reog Singo Mangkujoyo telah membawa nama harum bangsa Indonesia khususnya TNI-AD dan Bekangad di kancah Internasional yaitu Juara II Tingkat Dunia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti mewakili Bangsa Indonesia.



Logo "Dharma Gati Ksatria Jaya" selalu melekat di Dhadhak Merak, baik pelaksanaan pementasan di Dalam Negeri maupun pementasan di Luar Negeri. Dengan terpampangnya Logo "Dharma Gati Ksatria Jaya" di dhadhak Merak tidak menjadikan personil Reog Singo Mangkujoyo bisa berbuat seenaknya, justru sebaliknya "Reog Singo Mangkujoyo" berusaha selalu menjaga nama baik TNI-AD khususnya Bekangad di manapun mereka berada dan menunjukkan kepada mayarakat bahwa adanya kemanunggalan antara TNI-AD dengan Rakyat, bahu membahu ikut serta melestarikan kesenian daerah khususnya seni Reog Ponorogo. Adapun prestasi yang telah diraih Reog Singo Mangkujoyo sebagai berikut :


Prestasi Tingkat Nasional

1. Tahun 1987
Prestasi : Juara Umum I
Festival Reog Ponorogo Se-Jawa Timur dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-42 di Surabaya.


2. Tahun 1990
Prestasi : 5 Penyaji Terbaik
Dalam rangka HUT Golkar ke-26 serta Festival Kesenian dan pameran Pembangunan di Surabaya.

3. Tahun 1990
Prestasi : Juara Umum I
Festival Reog Ponorogo Se-Jawa Timur di Unej Jember.

4. Tahun 1994
Prestasi : Juara Umum I
a. 3 Penari Pujangganong Terbaik.
b. 3 Kelompok Penari Jatilan Terbaik.
c. 3 Kelompok Penari Klono Sewandono Terbaik.
Festival Reog Ponorogo Se-Jawa Timur dalam rangka HUT Golkar ke-XXX Tahun 1994 di Surabaya.

5. Tahun 1995
Prestasi : Juara Umum I
a. 10 Besar Pemenang tari Reog.
b. 10 Besar Pemenang Tari Klono Sewandono.
c. 10 Besar Pemenang Tari Pujangganong.
d. 10 Besar Pemenang Tari Warok.
e. 10 Besar Pemenang Tari Jatilan.
Festival Reog Tingkat Nasional dalam rangka Perayaan Grebeg Suro di Ponorogo.



6. Tahun 1996
Prestasi : 10 Penampil Terbaik
- 10 Penampil Terbaik Tari Pujangganong.
Festival Reog Ponorogo Tingkat Internasional dalam rangka Perayaan Grebeg Suro dan 500 Tahun kota Ponorogo.


7. Tahun 1999
Prestasi : 3 Penampil Terbaik
a. 3 Besar Pemenang Tari Pujangganong.
b. 3 Besar Pemenang Tari Dhadhak Merak.
Festival Reog Tingkat Nasional V dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 1999 di Ponorogo.


8. Tahun 2000
Prestasi : 3 Group Penyaji Terbaik
a. Penampil Terbaik Group Reog Reog.
b. 10 Penampil Terbaik Tari Klana Sewandono.
c. 10 Penampil Terbaik Tari Pujangganong.
d. 10 Penampil Terbaik Tari Jatilan.
Festival Reog Tingkat Nasional VI dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 2000 di Ponorogo.


9. Tahun 2001
Prestasi : 3 Besar Penyaji Group Reog Terbaik
a. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Klana Sewandono.
b. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Pujangganong.
c. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Warok.
d. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Jatilan.
e. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Dhadhak Merak dan Iring-iring.
Festival Reog Tingkat Nasional VII dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 2001 dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-505.


10. Tahun 2002
Prestasi : 5 Besar Penyaji Group Reog Terbaik
a. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari kalana Sewandono.
b. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Pujangganong.
c. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Warok.
d. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Jatilan.
e. 10 Besar Penyaji Terbaik Tari Dhadhak Merak dan Iring-iring.
Festival Reog Tingkat Nasional VIII dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 2002 dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-506.




11. Tahun 2002
Prestasi : Juara II
Festival Reog Tingkat Nasional Piala Gubernur Jawa Tengah dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-57 Tahun 2002 di Semarang Jawa Tengah.


12. Tahun 2005
Prestasi : Juara III
Festival Reog Tingkat Nasional XI dalam rangka Perayaan Grebeg Suro dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-509.


13. Tahun 2007
Prestasi : Juara III
Festival Reog Tingkat Nasional XIII dalam rangka Perayaan Grebeg Suro dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-601.


14. Tahun 2008
Prestasi : 3 Besar Penyaji Group Reog Terbaik
Festival Reog Tingkat Jawa Timur Piala Walikota Surabaya dalam rangka HUT Kota Surabaya ke-602.





15. Tahun 2009
Prestasi : 4 Besar Penyaji Group Reog Terbaik
Festival Reog Tingkat Nasional XV dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 2009 dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-603.

16. Tahun 2010

Prestasi : Juara Umum I
Festival Reog Tingkat Jawa Timur dalam rangka Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 di Surabaya.

17. Tahun 2012

Prestasi : 5 Besar Penyaji Group Reog Terbaik
Festival Reog Tingkat Nasional XIX dalam rangka Perayaan Grebeg Suro 2012 dan Hari Jadi Kota Ponorogo ke-606.


KEKOMPAKAN DAN KERUKUNAN ADALAH 
MODAL UTAMA UNTUK SUKSES


PRESTASI TINGKAT INTERNASIONAL

1. Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Paris.


2. Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Noumea-New Calidonea.


3. Tahun 1973
Prestasi : JUARA II TINGKAT DUNIA
Mewakili Bangsa Indonesia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti.

4. Tahun 1988
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '88 di Brisbane-Australia.





5. Tahun 1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Sevilla-Spanyol.


6. Tahun 1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Perth-Australia.


7. Tahun 1994
Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kuala Lumpur - Malaysia.


8. Tahun 1995
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di London - Inggris.


9. Tahun 1996
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di Bangkok - Thailand.





PEMBINAAN KESENIAN DAERAH

Pembinaan Secara Kontinyu.
Dalam rangka melestarikan kesenian daerah khususnya Reog Ponorogo, Group Reog Singo Mangkujoyo bekerja sama dengan Instansi Terkait yaitu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya khususnya Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya. Adapun pembinaan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.


a. Pembinaan Secara Langsung.
Pemerintah Daerah melalui Disparta Surabaya membantu dan mendukung prasarana demi lancarnya suatu pementasan / pertunjukan. Disamping Pemerintah Daerah, Bekangdam V/Brawijaya juga mendukung sepenuhnya sarana maupun prasarana guna memfasilitasi setiap kegiatan pementasan Reog Singo Mangkujoyo.


b. Pembinaan Secara Tidak Langsung.
Untuk meningkatkan kwalitas maupun kwantitas, Penulis selaku Pimpinan Group Reog Singo Mangkujoyo selalu memberikan masukan, arahan dan penekanan kepada Personil Reog Singo Mangkujoyo tentang berkreasi yang sehat dan harmonis serta selalu menjaga nama baik Singo Mangkujoyo khususnya Bekangad dimanapun mereka berada sehingga Reog Singo Mangkujoyo tetap eksis di blantika kesenian seiring dengan perkembangan jaman.




Dan tak lupa Penulis selalu menekankan pentingnya rasa persatuan dan kesatuan sesama anggota reog, demi tetap terjalinnya rasa persaudaraan dan terciptanya kekompakan suatu Tim. 


Untuk selalu menjaga agar tetap terbinanya kesenian Reog dan Kuda Lumping (Jaranan), kami selaku Pimpinan Reog menjadwalkan program latihan, disesuaikan dengan waktu yang ada karena hal ini menyangkut profesi / pekerjaan individu anggota Reog Singo Mangkujoyo sehingga tidak mempengaruhi pekerjaan yang digeluti sehari-hari.


Tujuan dari latihan yang kontinyu dan terjadwal yaitu agar tetap terjaga kwalitas maupun kwantitas permainan dan bisa mengembangkan serta menciptakan daya kreasi olah gerak tari yang baru, harmonis, tetapi tidak keluar dari pakem / batas-batas yang telah ditentukan.

Untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan sesama Group Reog Ponorogo serta untuk, mewadahi penggelut seni, maka di Surabaya dibentuklah suatu Paguyuban Reog dengan nama Paguyuban Reog Surabaya (PURBOYO), dimana beranggotakan 68 Group Reog yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, Krian dan Gresik.

Adapun tujuan dibentuknya PURBOYO yaitu disamping untuk mewadahi Group Reog, juga agar bisa menjaga rasa persatuan dan kesatuan, menjaga tali silahturahmi sesama penggelut seni khususnya Seni Reog Ponorogo serta agar bisa mengetahui perkembangan kesenian Reog Ponorogo saat ini.





FESTIVAL REOG
TINGKAT NASIONAL
DALAM RANGKA PERAYAAN

GREBEG SURO DI PONOROGO

Grebeg Suro merupakan acara ritual dan menjadi tradisi masyarakat Jawa. Grebeg Suro dimaksudkan sebagai peringatan atau perayaan yang diadakan dalam rangka menyongsong atau menyambut datangnya Tahun Baru Saka / Jawa pada tanggal 1 Syuro.




Perayaan Grebeg suro bagi masyarakat Jawa mempunyai 2 (dua) makna yaitu sebagai wahana Spiritual dan Kultural. Spiritual berasal dari kata Spirit yang artinya semangat atau dorongan yang luhur yang melingkupi suatu masyarakat dalam berbagai aktivitasnya yang mengandung nilai-nilai historis, filosofis, religius, moral, ethik dan edukatif.

Sedangkan budaya merupakan wujud abstraksi dari kebudayaan dari kebudayaan yang merupakan ide-ide / gagasan-gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Kebudayaan juga termasuk tradisi dan tradisi dapat diterjemahkan dengan penerusan norma-norma adat istiadat dan kaidah-kaidah.


Menurut kepercayaan masyarakat Jawa bulan Suro merupakan bulan yang baik dan penuh berkah untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Adapun cara yang dipakai untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa bermacam-macam / berbeda sesuai dengan tradisi masing-masing daerah yang menyelenggarakan atau memperingati.
Untuk memperingati bulan Suro, Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan berbagai kegiatan ritual yang merupakan tradisi masyarakat yang diyakini mendapatkan berkah dari Tuhan yang maha Esa.


Setiap tahun Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Festival Reog Tingkat Nasional dalam rangka memperebutkan Piala Tetap dan Piala Bergilir Presiden Republik Indonesia. Adapun maksud dan tujuan penyelenggaraan acara tersebut yaitu ikut ngleluri / melestarikan kesenian khas Ponorogo juga sebagai wahana pemersatu masyarakat, sehingga bisa memperkokoh Ketahanan Nasional.


Demikianlah gambaran tentang kesenian Reog Ponorogo dan sekelumit Prestasi yang telah diraih oleh Group Reog Singo Mangkujoyo dan masih banyak lagi Prestasi-Prestasi lain yang tidak bisa Penulis sebutkan, serta untuk menggugah hati para generasi muda untuk ikut serta melestarikan kesenian daerah, demi tetap lestarinya budaya Bangsa yang adi luhung.


P E N U L I S

P I M P I N A N
REOG SINGO MANGKUJOYO


LETKOL CBA HENDY E.A



DOKUMENTASI

PIMPINAN REOG SINGO MANGKUJOYO SBY


P E N U L I S

NANDA & NAUFAL ( My Children )
Generasi Muda Penerus Bangsa



MBAH WAGIYO (Alm)


MBAH PADI JOYO (Alm)

Mbah Yahjo (Alm)

Mbah Tumpo (Alm)



Bpk. SUGIANTO PENGURUS
REOG SINGO MANGKUJOYO




REOG CBA

NAIK DI ATAS DHADHAK MERAK
ADALAH SUATU KEHORMATAN




MAYJEND TNI SUWARNO
PANGDAM V/BRW
DALAM RANGKA HUT TNI TH. 2009

Prof Dr Bj Habibie Naik Dhadhak Merak

FOTO MARIED KU

Miss Universe Zuleyka Rivera Mendoza (kanan)
dan Puteri Indonesia Agni Prathista Arkadewi
Naik Dhadhak Merak Singo Mangkujoyo




MISS UNIVERSE 2010 XIMENA NAVARETTE
NAIK REOG SINGO MANGKUJOYO 
DALAM RANGKA KUNJUNGAN 
DI KOTA SURABAYA



NARJI CAGUR
NAIK DHADHAK MERAK SMJ







REOG CILIK SINGO MANGKUJOYO
TAMPIL PADA ACARA KICK ANDY





Reog Akrobatik
Gubeng Kertajaya Sby






Para Warok Sedang Beraksi









PENARI JATIL IN ACTION






BUJANGGANONG

ACARA SYUKURAN SALAH SATU
ANGGOTA REOG
YANG
TERKABUL CITA-CITANYA MENJADI
ANGGOTA
TNI-AD (PUTRA Bpk. SUGIANTO)

TARI JARANAN
drs. Yoyok SH sedang Action


ATRAKSI PERMAINAN BOLA API






PEMAIN KUDA LUMPING
SEDANG DEMONTRASI
MENGULITI KELAPA


PEMAIN KUDA LUMPING
"KANG HENDRO"
SEDANG MAKAN RUMPUT


PEMAIN KUDA LUMPING
SEDANG DEMONTRASI MAKAN SILET










KUDA LUMPING SMJ


DULUR SEJATI


SEBELUM FESTIVAL MEJENG DULU

WAROK SMJ SURABAYA


CAPEK DECH....!!!


WAROK SMJ
OTOT KAWAT BALUNG WESI


LATIHAN GELADI BERSIH
DI KANTOR PLN SURABAYA

PARA PEMBARONG SMJ

PARA BIDADARI IN ACTION

IN MEMORY TANGKUBAN PARAHU


REOG SINGO MANGKUJOYO
IS THE BEST


KENANGAN YG TERINDAH


ISTIRAHAT DULU SAMBIL MEJENG

PIMPINAN REOG SINGO MANGKUJOYO

PEACE...!!! KAPAN DULUR-2 KERTAJAYA
MAIN KESINI...?? RUGI LHO REK...!!



SAUDARA SEHIDUP SEMATI

NAIK-2 KE PUNCAK GUNUNG

MELIHAT & MEMBACA LITERATUR
GUNUNG TANGKUBAN PARAHU


CREW SMJ

WISATA CIATER BANDUNG

SMJ IS THE BEST


LATIHAN MENJELANG
FESTIVAL 2012


APRESIASI PLN
PADA ACARA KICK ANDY


ACARA KICK ANDY SHOW




KERJASAMA DG PT. PLN
DISTRIBUSI JATIM
MENJELANG FESTIVAL REOG
TK. NASIONAL XX TH. 2013



GUBERNUR BANK INDONESIA (BI)
Bpk. AGUS MARTOWARDOJO
NAIK DHADHAK MERAK













Tidak ada komentar: